PENAJAM – Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) Penajam Paser Utara (PPU) menegaskan bahwa peringatan Hari Sumpah Pemuda tidak hanya menjadi momentum historis kebangsaan, tetapi juga refleksi nyata dalam membangun kemandirian ekonomi pemuda di daerah.
Ketua Umum GPM PPU, Bung Negel, mengatakan bahwa semangat Sumpah Pemuda 1928 perlu diterjemahkan secara kontekstual dalam gerakan ekonomi lokal yang mandiri dan berkeadilan.
“Sumpah Pemuda bukan hanya tentang menyatukan bangsa dalam bahasa dan tanah air, tetapi juga menegaskan pentingnya kemandirian, termasuk dalam bidang ekonomi. Pemuda hari ini harus mampu berdiri di atas kaki sendiri, menggerakkan potensi daerah, dan membangun dari bawah,” ujar bung Negel di Penajam, Selasa (28/10/25).
Menurut bung Negel, penguatan kapasitas pemuda menjadi kunci untuk menciptakan ekosistem ekonomi lokal yang berkelanjutan. Melalui pelatihan kewirausahaan, pengembangan UMKM berbasis komunitas, dan pemanfaatan sumber daya lokal, GPM PPU berupaya menyiapkan generasi muda yang adaptif terhadap tantangan zaman.
“Kemandirian ekonomi bukan berarti berjalan sendiri, tetapi membangun jaringan kolaboratif antarpemuda dan masyarakat agar lahir solidaritas produktif yang menumbuhkan ekonomi kerakyatan,” tambahnya.
Bung Negel juga menekankan pentingnya literasi ekonomi digital di kalangan pemuda untuk membuka akses pasar yang lebih luas. Melalui platform digital, produk-produk lokal Penajam Paser Utara diharapkan dapat menembus pasar nasional bahkan global.
Dalam kegiatan refleksi bertajuk “Pemuda Berdikari, Daerah Maju”, GPM PPU mengajak seluruh elemen kepemudaan untuk kembali pada semangat gotong royong sebagai dasar pembangunan ekonomi yang inklusif.
“Jika dulu Sumpah Pemuda melahirkan kesadaran kebangsaan, maka refleksi hari ini harus melahirkan kesadaran kemandirian. Dari Penajam Paer Utara kita buktikan bahwa pemuda bisa menjadi motor pembangunan ekonomi lokal yang tangguh dan mandiri,” tutup bung Negel. (*)

 
							










