PENAJAM – Bercerita, mendongengg atau bertutur merupakan metode sekaligus media komunikasi yang menjadi tradisi dan budaya dari generasi ke generasi meskipun peran dan fungsinya kini mulai tergantikan oleh tayangan-tayangan televisi dan game di komputer maupun gadget. Selain sebagai sebuah tradisi, bercerita, mendongengg atau bertutur dapat membangun generasi muda Indonesia gemar membaca serta menumbuhkan karakter bangsa melalui kecintaan terhadap budaya , khususnya budaya lokal.
Untuk melestarikan tradisi bercerita, mendongengg atau bertutur Dinas Perpustakaan dan Arsip (Perpusip) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) menyelenggarakan Lomba Bertutur bagi siswa/siswi Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) tingkat Kabupaten PPU, Kamis (13/7/2023).
Lomba bertutur siswa/siswi SD dan MI merupakan kegiatan rutin tiap tahun. Pada tahun ini di ikuti 11 siswa/siswi se Kabupaten PPU bertempat di Gedung Graha Pemuda KM 9 Kelurahan Nipah-Nipah.
Pada kesempatan ini, Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) selaku Bunda Literasi Kabupaten PPU, Satriyani Sirajuddin membuka secara resmi lomba bertutur siswa/siswi SD dan MI tigkat Kabupaten PPU.
Sebelumnya para Siswa/siswi telah mengikuti seleksi di tingkat kecamatan untuk mengikuti perlombaan di tingkat kabupaten. Nantinya juara di tingkat kabupaten akan berlanjut mengikuti lomba di tingkat provinsi.
Tampak hadir pada kegiatan ini, Kepala Dinas Perpusip Kabupaten PPU, Marjani berserta jajaran, Kepala Dinas Pendidikan, Sekretaris Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) PPU, Daman serta para juri dan peserta maupun pendamping peserta lomba.
Dalam sambutannya, Ketua TP-PKK selaku Bunda Literasi Kabupaten PPU, mengatakan lomba bertutur diadakan setiap tahunnya merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kebudayaan dalam minat membaca di kalangan anak-anak. Karena kemampuan dan minat membaca saat ini relatif rendah, disebabkan penggunaan teknologi yang kurang bijak.
“Kecanduan teknologi membuat banyak orang lebih ke dunia maya dibanding kegiatan berkomunikasi tanpa menggunakan media sosial, termasuk membaca. Literasi dalam dunia maya seakan nyata sebaliknya interaksi dalam dunia nyata hanya angan belaka,” terang Satriyani Sirajuddin.
Menurutnya, dengan membaca anak-anak bisa berimajinasi tentang budaya dan kearifan lokal melalui kisah yang sangat dekat dengan moralitas, juga budi pekerti luhur. Tentu ini akan berguna sebagai modal pembentukan akhlak anak-anak dimana depan.
“Mengenalkan budaya dan kearifan lokal harus dimulai sejak usia dini, tidak cukup diperoleh lewat cerita yang mereka dengarkan secara turun menurun. Anak-anak pun bisa mengenali keragaman kebudayaan nusantara lewat koleksi buku yang bisa didapatkan melalui perpustakaan,” ungkapnya.
Sementara itu ia juga mengharapkan, lomba bertutur siswa/siswi SD dan MI ini dapat menciptakan kecinta anak-anak tumbuh terhadap buku. Selain itu juga, ia mengharapkan anak-anak ikut lomba bisa dijadikan Duta Literasi.
“Jadi mereka (siswa/siswi) yang ikut lomba tingkat kecamatan ini bisa mewakili perpustakaan atau mendampingi kegiatan-kegiatan perpustakaan dan juga mendampingi bunda literasi di masing-masing tempat (kecamatan dan kelurahan/desa) sebagai Duta Literasi,” pungkasnya.
Hasil dari lomba bertutur bagi SD dan MI tingkat Kabupaten PPU:
Juara 1: Malika Khanaya Balqis, asal sekolah SDN 023 Sepaku dengan judul dongengg Asal Usul Orang BASAP
Juara II : Aliya Vebiyanti, asal sekolah SDN 005 Waru dengan judul dongeng Legenda Pesut mahakam
Juara III : Ririt Relisa Ratri asal sekolah SDN 020 Sepaku dengan judul dongeng Legenda Gunung Meliat
Juara IV : Alexandria Renata Az-Zahra asal Sekolah SDN 010 Babulu dengan judul dongeng Lahirnya Putri Petung
Harapan I : Siti Nur Khalifah asal sekolah SDN 002 Waru dengan judul dongeng Asal Mula Danau Lipan
Harapan II : Bilqis Alzena Qotrunada asal sekolah SDN 008 Waru dengan judul dongeng Putri Kewalot (Owa-owa)
Harapan III : Aidilla Rayasya Mulia asal sekolah SDN 023 Penajam dengan judul dongeng Putri junjung Bayah Versi Sabintulung. (Adv/DiskominfoPPU)