KALTIMTALK.COM, PENAJAM – Japan Indonesia Trading Association atau JITA Association Japan secara khusus mengunjungi Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kamis (26/5). Dalam kunjungan tersebut JITA bermaksud menjalin kerjasama teknologi dalam bidang ketahanan pangan di Ibu Kota Baru (IKN) termasuk Kabupaten PPU.
Kunjungan JITA Association Japan yang di ketuai oleh Fujiki Junichi, Prof. Niehi Daisuku, Tsutomu Taguchi bersama rombongan diterima langsung oleh Plt Bupati PPU, Hamdam di ruang rapat Kantor Bupati PPU.
“Kami sangat terbuka, akan konsentrasi sektor ketahanan pangan. Potensi daerah yang kita miliki tentu memberikan peluang untuk berinvestasi di sektor tersebut. Ketika IKN pindah maka akan membutuhkan pangan yang cukup besar,” Ujar Hamdam.
Dia mengatakan, pemindahan Ibu Kota Negara akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan pangan. Sementara Kaltim selama ini masih mengandalkan pasokkan dari luar daerah.
“Dalam kondisi sekarang ini saja, dengan penduduk yang sangat sedikit, sebagian pangan masih di kirim dari luar sehingga kami tidak ingin ketinggalan, kita ingin menjadi pemain utama,” harapnya.
Untuk ketahanan pangan yang perlu diingat yaitu rasa, bergizi, dan harga terjangkau. Dengan bubuk bambu ini kalori yang dihasilkan tinggi dan rendah gula. Dalam setahun bambu menghasilkan enam ton.
“PPU adalah pilihan yang tepat untuk bekerja sama di bidang ketahanan pangan berupa padi, bambu dan juga udang serta merangkul badan usaha perorangan atau perundangan,” sebut Hamdam.
Untuk menjadi Ibu Kota yang paling maju di seluruh dunia, Fujiki bersama tim nya telah mempersiapkan berbagai teknologi termasuk yang dibutuhkan yaitu ketahanan pangan terutama padi, bambu dan juga udang.
“JITA ingin menjadi bagian yang membuat IKN ini menjadi yang paling maju di seluruh dunia,” harap Fujiki.
Untuk teknologi ketahanan pangan dari penelitian butuh proses lima tahun. Ketika tidak ada hambatan dalam proses aturan-aturan bisa lebih cepat pelaksanannya.
“Yang dibutuhkan masyarakat terkait kebutuhan utama manusia yaitu sandang pangan dan papan tentunya sehingga JITA ingin bekerjasama dalam bidang tersebut,” Lanjut Fujiki.
Dengan teknologi yang digunakan JITA seperti penanaman padi dan bambu dapat menjadi bahan makanan pokok yang dibutuhkan manusia secara cepat dengan hasil produksi yang berlimpah dalam sekali panen.
“Satu butir benih padi bisa didapatkan satu ikat sebanyak seratus butir padi. Yang tadinya jepang dalam setahun hanya sekali panen sekarang bisa mencapai lima kali panen, dan tinggi padi hanya dua puluh centimeter sudah bisa panen serta dalam jangka dua bulan pun bisa panen,” Ungkap Fujiki
Dengan kondisi iklim tropis yang ada di Indonesia maka panen padi bisa minimum enam atau sampe delapan kali dalam setahun, Bambu pun dapat memenuhi pangan dengan sangat cepat. Serat bambu dapat diolah menjadi cotton bahan baju yang daya serapnya lebih cepat.
“Bambu juga bisa dibuat menjadi tepung untuk bahan pembuatan mie. Bambu digunakan untuk tekstil pun berbeda dengan bambu yang untuk bahan tepung dan juga untuk bahan bangunan”, Pungkasnya. (Adv/DiskominfoPPU)